
"Kami menemukan sebagian besar gosip adalah netral," kata Megan Robbins, pemimpin riset dan psikolog di University of California. Dalam riset ini, peneliti menganalisis rekaman percakapan dari orang-orang yang telah setuju untuk memakai alat perekam portabel selama 2-5 hari. File suara diberi kode valensi (positif, negatif atau netral), subjek (kenalan dan selebritas) dan topik (informasi sosial, penampilan fisik dan prestasi). Setiap peserta juga diminta mengisi kuesioner kepribadian. Dari hasil analisis data terungkap, secara keseluruhan topik percakapan dalam gosip cenderung netral. Periset juga menemukan wanita lebih banyak bergosip daripada pria. Namun, dalam para wanita lebih banyak berbagi informasi positif tentang orang yang mereka bicarakan saat bergosip. Dr Elena Martinescu, peneliti postdoctoral di King's College London yang telah mempelajari gosip di tempat kerja menemukan, gosip dapat bermanfaat. Bahkan, kata dia, manfaat tetap ada jika pun percakapan dalam gosip itu bersifat negatif. "Mengumpulkan informasi tentang orang lain membantu kita memahami mereka dengan lebih baik," kata dia.
Menurut Martinescu, secara umum gosip membantu kita mempelajari apa yang diharapkan untuk menjadi anggota kelompok yang baik. Selain itu juga apa yang mungkin terjadi jika kita melanggar norma sosial. Gosip juga merupakan bentuk ikatan sosial, karena hal itu dapat membantu kita menemukan orang lain yang akan berbagi pendapat, dan dapat menawarkan dukungan sosial. "Berbicara tentang konflik yang Anda miliki dengan seorang rekan - Anda dapat menemukan sekutu dalam mitra percakapan Anda," tambah dia. Martinescu juga mengatakan, gosip juga dapat memfasilitasi debat yang sehat dan pertukaran pendapat. Selain itu, gosip juga memengaruhi apa yang dipikirkan mitra percakapan kita tentang orang orang yang kita gosipkan. Ini adalah hal yang bersifat membantu.
“Dengan membagikan informasi negatif tentang seseorang, kami dapat membantu mitra percakapan kami memutuskan bagaimana berinteraksi dengan target gosip kami,” ucap dia. Martinescu juga menyebut ada beberapa hal buruk yang ditimbulkan karena bergosip. Misalnya, ketika topik gosip itu hanyalah kebohongan hanya untuk menyemarakkan pembicaraan dalam gosip tersebut, atau sengaja menyakiti orang yang menjadi targetnya. Apa pun itu, Martinescu mengatakan bergosip telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Bahkah, cenderung tak mungkin seseorang menjalani hari tanpa pernah mengalami atau terlibat dalam gosip. Martinescu mengatakan, hal terpenting adalah memperhatikan bagaimana kita bergosip dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi orang lain. Hal tersebut khususnya terkait target yang dijadikan topik dalam bergosip.
No comments:
Post a Comment