Pasalnya, kulit merupakan pelindung fisik yang mencegah infeksi. Ketika suban merobek kulit, bakteri yang berada di luar kulit bisa masuk dengan lebih mudah. Selain itu, bakteri juga bisa jadi sudah berada di suban dan menumpang untuk masuk ke aliran darah Anda. Salah satu bakteri yang biasa menggunakan modus ini untuk menginfeksi manusia adalah clostridium tetani yang menyebabkan tetanus. Pada orang yang belum divaksin, bakteri ini bisa melepaskan racun yang merusak sistem saraf. Pendapat Jones disetujui oleh Dr Jefry Biehler, ketua dokter anak di Nicklaus Children's Hospital Miami. Biehler mengatakan, ada garis tipis antara apa yang perlu diperiksa oleh dokter, apa yang harus dikeluarkan dan apa yang bisa ditinggalkan dalam kulit. Pada umumnya, suban berasal dari materi tanaman seperti kayu, sehingga perlu dikeluarkan karena tubuh bisa bereaksi terhadapnya. Suban yang ditinggalkan di dalam tubuh kemungkinan besar tidak akan diserap atau dipecah, ujar Biehler.
Tubuh justru akan berusaha untuk mendorong keluar suban dengan meradang dan membentuk kantung-kantung nanah di area sekitar suban. Jika reaksi ini berlangsung cukup lama, area di sekitar suban bisa berubah menjadi benjolan permanen yang disebut “granuloma”. Menurut Jones, granuloma merupakan gelembung sel imun pelindung yang melingkupi obyek asing ketika tubuh tidak bisa mengeluarkannya
No comments:
Post a Comment