
Temuan riset ini mendukung alternatif yang berbeda tentang redistribusi jam kerja di masyarakat. Untuk memungkinkan hal ini, peneliti menyarankan agar jam kerja dilakukan dengan sistem lima hari seminggu dengan bekerja hanya beberapa jam setiap hari. Kesehatan mental pekerja juga bisa berjalan optimal dengan meningkatkan tunjangan liburan tahunan atau memberi dua bulan cuti untuk setiap bulan yang dihabiskan bekerja. Peneliti juga menekankan pentingnya pengurangan jam kerja bagi semua orang untuk menghindari meningkatnya ketidaksetaraan sosial ekonomi. Selain meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja, para ilmuwan berpendapat pengurangan jam kerja akan meningkatkan produktivitas dan membantu mengurangi emisi karbon dari perjalanan. “Jika Inggris mendongkrak kenaikan produktivitas tahunan dengan pengurangan jam kerja daripada kenaikan gaji, minggu kerja normal bisa menjadi empat hari dalam satu dekade,” kata sosiolog Cambridge University Brendan Burchell, yang memimpin proyek penelitian. Paul Gionfriddo, CEO Mental Health America, mengatakan perusahaan harus bertanggung jawab atas kesejahteraan karyawannya. Ia berpendapat, stres di tempat kerja sering menyebabkan orang melakukan hal yang tidak sehat di luar pekerjaan.
Kebijakan untuk menciptakan tempat kerja yang mendukung kesejahteraa mental adalah tugas pemilik perusahaan. "Sulit untuk mendapatkan semangat produktivitas tanpa bekerja, tetapi sama halnya jika Anda bekerja keras dan tidak beristirahat, itu tidak akan menguntungkan Anda juga," tambahnya. Tej Parikh, kepala ekonom di Institut Direksi AS, mengatakan para pemimpin bisnis semakin mengeksplorasi praktik kerja yang fleksibel di tengah kemajuan teknologi. "Studi ini menggarisbawahi pekerjaan sering kali bukan hanya tentang pembayaran gaji - itu dapat memiliki efek positif pada kesejahteraan mental juga," katanya. Sementara itu, Emma Mamo, kepala kesejahteraan tempat kerja di U.K. charity Mind, mengatakan pekerjaan perlu diselaraskan dengan kemampuan setiap orang. "Faktor-faktor seperti utang, pengangguran dan masalah kesejahteraan dapat dikaitkan dengan kesehatan mental yang buruk," katanya. Menurutnya, jenis pekerjaan juga menjadi hal penting dan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu, keterampilan dan aspirasi.
No comments:
Post a Comment