Hasilnya, konsumsi gula hampir tidak berpengaruh pada bagaimana orang bertindak, tidak peduli seberapa banyak yang dikonsumsi. Konsumsi gula juga tidak terlihat meningkatkan performa dalam olahraga. Justru 30 menit setelah mengonsumsi gula, rasa lelah akan meningkat. Dalam 60 menit, gula akan menurunkan kewaspadaan. Meski mitos sugar rush sangat lazim dalam budaya popular, nyatanya banyak orang masih mengonsumsi gula dalam jumlah besar. “Konsumsi gula tampaknya menjadi upaya untuk meningkatkan suasana hati dan meningkatkan kewaspadaan,” kata ketua penulis penelitian Dr. Konstantinos Mantantzis.
Terbukti, mengonsumsi permen setelah makan siang atau mengonsumsi minuman bersenergi sebelum pertandingan, tidak ada gunanya. Gula mungkin akan membuat kita berenergi untuk sementara waktu, sama seperti tubuh memetabolisme makanan lain. Tapi energi dari gula akan cepat hancur. Pada dasarnya, gula bukanlah solusi ajaib. Gula tak akan bertahan lama seperti kafein dan dari banyak sisi gula sebenarnya jauh lebih buruk ketimbang makanan lain. Gula berkaitan dengan obesitas pada masa kanak-kanak, dan merupakan penyebab utama kerusakan gigi pada anak-anak. Ini dapat menyebabkan peradangan, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan menempatkan anak-anak pada risiko tekanan darah tinggi dan diabetes di masa depan. Mantantzis dan rekan-rekan peneliti mengatakan, harapan mereka adalah temuan penelitian ini meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa sugar rush adalah mitos. Sehingga, akan membantu mengurangi konsumsi gula dan menyediakan ruang untuk alternatif makanan yang lebih sehat.
No comments:
Post a Comment