Mereka menemukan bahwa efek tersebut bisa dikaitkan dengan evolusi manusia. "Manfaat sensorik dari telanjang kaki mungkin memiliki implikasi kesehatan, tetapi ini perlu dipelajari," kata Daniel Lieberman, profesor biologi evolusi manusia di Harvard University, AS yang terlibat dalam penelitian ini. Lieberman menjelaskan, selama 200 ribu tahun eksistensi manusia di dunia, orang-orang sudah berjalan tanpa alas kaki. Kapalan, adalah salah satu solusi evolusi untuk melindungi telapak kaki. Dalam studi ini, peserta yang berjalan tanpa alas kaki sampai mengalami kapalan, kepekaan atau kemampuan kaki untuk merasakan sensasi tanah saat berjalannya, tidak berkurang. Berbeda dengan sepatu yang meredam hal ini.
Yang perlu diingat adalah, kapalan tidak melindungi telapak kaki dari panas, benda tajam, atau memberikan kenyamanan dan keamanan seperti alas kaki. Mereka hanya bertindak seperti bantal. Namun, meski kaki mengalami kalus, reseptor sensorik di kaki masih bisa mendeteksi perbedaan permukaan tanah dengan mengirimkan sinyal ke otak. Tanpa hambatan, sensasi tersebut bisa membantu seseorang menjaga keseimbangan, memperkuat otot, serta menciptakan koneksi saraf yang lebih kuat antara kaki dan otak. Karena itu, di usia anak-anak, seseorang disarankan untuk berjalan tanpa alas kaki di atas rumput yang lembab. "Dengan tujuan untuk merangsang aferen (saraf yang bepergian ke otak) karena alasan perkembangan," kata Thomas Milani, profesor dari Technische Universität Chemnitz di Jerman yang juga ikut dalam studi ini.
No comments:
Post a Comment