
Hal tersebut disimpulkan berdasarkan analisis debu Sahara kuno yang ditemukan di Kepulauan Canary Spanyol yang terletak di lepas pantai barat laut Afrika. Kepulauan ini memiliki fenomena cuaca yang dikenal dalam bahasa lokal sebagai 'Calima'. Fenomena ini terjadi setiap tahun dan menyeret sejumlah besar debu dari Sahara menuju Samudra Atlantik. Para peneliti pun lantas menyelidiki sedimen untuk mengidentifikasi dan menentukan usia debu purba tersebut atau yang disebut dengan paleosol. Di salah satu lokasi penelitian, tim menemukan terdapat mineral yang tidak mencerminkan geologi lokal pulau-pulau tersebut, menunjukkan sedimen tersebut berasal dari Sahara. Selanjutnya peneliti dapat memperkirakan kapan debu-debu ini terbawa dari Sahara dengan bantuan batu vulkanik. Batuan tersebut mengandung mineral yang bertindak seperti jam geologis.
Dan hasilnya, tim menemukan debu tertua Sahara berasal dari 4,6 juta tahun lalu. Temuan itu juga sesuai dengan data dari sedimen laut dalam yang menunjukkan peningkatan debu Sahara yang bertiup di atas Atlantik pada periode yang sama. Memang masih ada kemungkinan jika Sahara berusia lebih tua lagi dibandingkan dari penelitian ini. Namun temuan terbaru tersebut bisa memberikan informasi serta pandangan lain mengenai Gurun Sahara. Studi ini dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Geological Society of America di Phoenix, Arizona.
No comments:
Post a Comment