
Mutasi genetik yang dimaksud berarti orang tersebut lebih aktif ketika terjaga dan fase REM dalam tidur. Dalam eksperimen terhadap seekor tikus, para ilmuwan menemukan fakta bahwa tikus yang terkena mutasi genetik tidur 55 menit lebih sedikit tiap harinya. “Tidur merupakan sesuatu yang sulit untuk dikaji. Karena manusia sekarang menggunakan alarm, kopi, dan pil untuk mengubah jam tidur mereka,” tutur Ying-Hui Fu, profesor bidang saraf di UCSF. Disrupsi waktu tidur inilah yang mempersulit kajian, mana orang yang benar-benar tidur dengan waktu sebentar, dengan mereka yang tidur sebentar karena terstimulasi kopi dan konsumsi lainnya.
Pada 2019, para ilmuwan menemukan fakta bahwa orang-orang yang memiliki gen bernama DEC2 tidur selama 6,25 jam dalam semalam. Sementara mereka yang tidak memiliki gen tersebut rata-rata tidur selama 8 jam dalam semalam. Hal ini membuktikan bahwa jam tidur yang pendek, dalam beberapa kasus, merupakan bawaan genetik. Namun, penemuan terbaru datang ketika para ilmuwan menemukan keluarga yang memiliki tiga generasi short sleepers, dan tak ada seorang pun yang memiliki gen DEC2. Para ilmuwan kemudian menemukan gen baru ADRB1 tersebut.
Para ilmuwan juga mengatakan, penemuan ini bisa membantu untuk mengembangkan obat tertentu bagi kondisi yang berkaitan dengan kesulitan tidur. “Saat ini, banyak orang mengalami kesulitan tidur kronis. Ketika Anda butuh delapan sampai sembilan jam, tapi hanya tidur tujuh jam, maka Anda kurang tidur,” tutur Profesor Fu. Kurang tidur telah dikenal sejak lama, lanjut Profesor Fu, berkaitan dengan beberapa penyakit seperti kanker, dementia, masalah metabolisme, dan kurangnya sistem imun
No comments:
Post a Comment