Indonesia Sudah Mulai Mencari Bakat Sejak Era'60-an

Jakarta,-- kebanyakan masyarakat Indonesia mengindentifikasi ajang pencarian bakat dengan modal voting (japat) oleh penonton ala America Idol atau The X Factor, acara yang muncul sejak awal milenium. Padahal, Indonesia sudah mengenal pencarian bakat sejak dekade '60-an.
Bila menelusuri sejarah ajang pencarian bakat dunia, Indonesia menstinya bisa disevut jadi pionir, di tandai dengan kehadiran Bintang Radio dan Telivisi.
Acara itu pertama kali mengudara lewat saluran TVRI pada 1962 dan masih berlangsung hingga sekarang. Sebelumnya, ajang ini hanya berlangsung lewat radio sejak 1951. Musisi legendaris seperti Bing Slamet hingga Titiek Puspa pernah mengikuti ajang tersebut.
Setelah Bintang Radio, ajang yang cukup ternama di Indonesia adalah Asia Bagus. Acara ini sebenarnya tidak diproduksi di Indonesia, tapi para peserta yang ikut dan keluar sebagai pemenang nerupakan orang Indonesia dan ajnag ini tayang lewat TVRI atau RCTI.
Ajang yang pertam akali diadakan di SIngapura pada 1991 ini mleibatkan sejumlah peserta dari Indonesia, Malaysai, Jepang dan Singapura sendiri. Pada 1992, ajang ini diadakan di Jepang dengan Taiwan, Korea Selatan, serta Thailand turut bergabung.
Awalnya Asia Bagus dimulai dengan pencarian juara mingguan, juara bulanan, dan juara umum untuk tahun itu (grand championship).
Namun memasuki tahun ketujuh, Asia Bagus mengalami perubahan konsep penyaringan. Untuk memasuki babk final, peserta diharuskan memenangkan kompetisi sebanyak 3 minggu berturut-turut menghadapi para peserta pennatang dari negara lainnya.
Dari ajang tersebut, sejumlah penyanyi kenamaan Indonesia lahir. Di antaranya, Krisdayanti yang lolos sebagai Grand Championship I pada 1992 dan Best of Asia Bagus pada 1997.
'
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2340902/original/053257600_1535196794-FullSizeRender_3.jpg)
Selain itu, Dewi Gita lolos sebagai pemenang kedua pada 1993, kmeudian Cynthia Lamusu juara kedua pada 1994, serta Rio Febrian sebagai Grand Championship VIII.
Selang beberapa tahun setelah itu, lahir Akademi Fantasi Indosiar (AFI). AJnag ini diadaptasi dari acara berjudul La Academia di Meksiko.
Tayang perdana pada 2003, AFI merupakan program pencarian bakat yang disebut memiliki rating Grand Final musim pertama dan kedua belum bisa dikalahkan oleh program pencarian bakat manapun di Indonesia.
AFI merupakan salah satu pelopor ajang pencarian bakat di Indonesia dengan sistem pemungutan suara lewat SMS dan Premium Call. Biasanya, untuk memberikan dukungan itu penonton dikenakan biaya sekitar Rp2.200 per sms.
Setahum setelah kesuksesan AFI, hadir Indonesia Idol pada 2004 yang mengadaptasi acara America Idol. Ajang pencarian bakat ini, turut menggunakan sistem voting.
Sejak itu juga,sejumlah ajang pencarian bakat pun menjamur di Indonesia. Pada tahun yang sama. Kontes Dangdut Indonesia juga hadir. Hanya saja ajang KDI lebih berfokus pada bakat-bakat penyanyi dangdut.
Acara lain yang hadir ada Gong show yang berfokus pada ragam bakat unik pada 2006, kemudian untuk anak-anak ada Idola Cilik (2008).
Beberapa ajang lain yang juga mmeperluas cakupan bakat yakni Indonesia Mencari Bakat (2010), serta pada bidang menyanyi kembali lewat X Factor Indonesia (2012) dan The Voice Indonesia (2013).
Konsep yang disuguhkan tak jauh berbeda. Lewat sistem audisi yang dinilai juri para finalis yang terpilih kemudian akan meminta dukungan masyarakat agar terus bertahan hingga Grand Final.
No comments:
Post a Comment