Kehangatan dalam Semangkuk Bubur Beras Merah 'Cap Tiger'
Jakarta,-- Selain sup, bubur ayam adalah salah satu hidangan pilihan saat musim hujan dan di tengah deraan flu yang memusingkan. Bayangkan saja bubur yang panas mengepul dan sedikit encer dengan tambahan pelengkap yang gurih pasti bisa meredakan sakitnya tenggorokan yang meradang.
Memang, bubur acap kali dianggap sebagai makanan orang sakit atau menu sarapan pagi di hari libur. Namun sejak beberapa tahun terakhir, kesan itu sudah mulai meudar, menyisakan bubr sebagai berbagai comfort food yang bisa disantap kapan saja.
Sebagai penggemar bubur khususnya bubru China dengan tekstur yang sedikit encer dan gurih, Bubur cap Tiger jadi pilihan di malam yang dingin itu.
Jangan bayangkan anda bakal dengan mudah menemukan restoran ini. Restorannya terletak menyempil di kawasan Cikajang yang padat dengan restoran-restoran besar dan terkenal. Restoran ini berada di lantai dua sebuah klinik kulit dan kelamin. Pintu masuknya pun kecil, hanya ada sebuah tangga kecil dengan plang neon merah yang menyambut. Sedikit gelap di situ.
Seperti tipikal bubur ala Chinese lainnya, aneka bubur di Bubur Cap Tiger juga memiliki tekstur yang halus dan sedikit encer. Ini berbeda dengan jenis bubur Indonesia pada umumnya yang memiliki tekstur sedikit kasar, kental sehingga harus 'disiram' dengan bumbu opor kuning. Bumbu opor kuning ini tentunya tak akan anda temukan di dalam semua bubur chinese.
Sebagai restoran spesialis bubur, restoran ini tak banyak berkreasi dengan menunya. Fokus utama restorannyam tentu saja bubur. Berbeda dengan restoran bubur China lainnya, Bubur Cap Tiger hanya punya bubur ayam kampung, ikan, atau bubur polos saja. Tak ada bubur dengan daging sapi, jagung, ataupun seafood. Ini cocok dengan anda yang sulit dan suka memilih menu yang bakal disantap.
Karena di malam itu ingin makan sedikir 'mewah,' pilihan pun jatuh kepada bubur polos, dengan ayam panggang, nasi hainam, cakwe, dan usus ayam.
"Sudah dapat cakwenya, atau mau ditambah lagi cakwenya," kata salah satu pelayannya kepada saya.
Akhirnya saya memutuskan untuk tak jadi pesan cakwe.
Ah ya, ada dua versi bubur di sini, yaitu bubur putih dan bubur beras merah. Sebagai penggemar beras merah, tentunya ini bakal jadi pilihan. Selain itu, jenis beras ini juga tak biasa untuk diolah jadi bubur gurih karena proses pengolahannya yang jauh lebih lama dan aromanya yang berbeda dengan bubur beras putih.
Ketika tersaji di meja, bubur merah ternyata tak jauh bebeda dengan bubur putih. Sama-sama gurih dan lembut. Cakwe yang sudah dipotong disajikan dalam wadah terpisah, meyisakan bubur merah polos dengan taburan cuka dan sambal kecap asin cabai rawit juga disajikan terpisah. Ingat tak ada kerupuk dalam sejarah bubur China.
Sebagai pecinta bubur tak diaduk, pemisah semua condiment bubur ini tentunya menyenangkan. Rasa buburnya gurih, kemungkinan dimasak dengan menggunakan kaldu ayam kampung sebagai pengganti air. Selain itu, kunci utamanya juga terletak pada penambahan minyak wijen di dalam buburnya. Jika suka, jangan lupa minta tambahan jahe yang diiris korek api tipis sebagai tambahan makan bubur. Sensasinya bakal seidkit dan lebih menyehatkan serta menghangatkan tubuh.
Nasi hainam adalah pilihan kedua. Hanya saja secara pribadi,, ini bukan favorit. Nasinya terasa kurang gurih dan membutuhkan banyak 'sentuhan pribadi' tambahan agar sesuai selera.
Ayam panggang
Dalam tiap kali santapan, rata-rata orang Indonesia mengharapkan adanya berbagai sensasi tekstur makanan dalam mulut. Sata makan bubur, tekstur yang terasa hanya bubur lembut tanpa kerenyahan. Inilah yang membuat bubur ala Indonesia kerap ditambahkan kerupuk, emping, atau bahkan cheese stik, dan kacang kedelai goreng.
Jika mengharapkan ada sedikit tekstur renyah, anda bisa memesan ayam panggang. Ayam panggang ini memiliki kulit yang renyah kecokelatan dan sudah siap santap dalam satu gigitan.
Ayamnya tak terlalu berminyak, dan memiliki aroma minyak wijen yang tak terlalu kuat. Sesuap bubur, segigit ayam yang sudah dicelup sambal.
Aneka pelengkap lain yang dipilih adlaah usus. Meski bukan penggemar usus ataupun aneka jerohan, namun kenyataannya 'visual' usus di restoran ini berbeda dengan yang lain. Ususnya sudah dibersihkan sampai putih dan direbus sampai lembut serta diberi minyak wiken dan bawang [utoh goreng. Sekilas tampilannya mirip dengan kwetiau, mi tipis lebar China.
No comments:
Post a Comment