Kisah Dosen Asal Yogya Bertahan di China Saat Virus Corona Meluas



Kisah Dosen Asal Yogya Bertahan di China Saat Virus Corona Meluas

Kisah Dosen Asal Yogya Bertahan di China Saat Corona Meluas

Jakarta,-- Wabah virus Corona (2019-nCoV) yang bersumber dari Wuhan, Provinsi Hubei, China dikabarkan kian meluas. Seorang mahasiswa asal Yogyakarta yang berada di China, Adhita Sri Prabakusuma mengatakan di Kota Kunming, Provinsi Yunnan, tempat ia tinggal saat ini, ada 32 orang dari total 102 warga di Provinsi Yunnan yang terinfeksi.

Namun demikian, pria yang juga dosen salah satu universitas di Yogyakarta ini mengaku memlih tetap bertahan  di kota tersebut. Sementara 31 Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di kota tersebut telah kembali ke tanah air.

Menurutnya, ia bersama lima pengurus Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Kunming, termasuk istrinya, memilih untuk bertahan sebagai bentuk solidaritas dan dukungan moral bagi WNI yang masih berada di Negeri Tirai Bambu tersebut.

"Saya sebagai Ketua PPI Kunming, setiap hari bertanggung jawab memantau kondisi WNI yang ada di Kunming," jelas Adhita.

Terlebih, kata dia, secara umum, kondisi di Kunming yang berjarak sekitar 1.500 km dari Kota Wuhan, saat ini relatif lebih aman di bandingkan kota-kota lainnya. Hanya saja, pihaknya harus selalu waspada dan mengikuti prosedur keselamatan, serta kesehatan yang ditetapkan oleh kampus maupun otoritas pemerintah lokal.

"Alhamdullilah, kami dalam keadaan baik, sehat, aman, dan terkontrol setiap hari," ungkapnya.

Dia meminta agar masyarakat Indonesia tak perlu khawatir dan terhasut oleh konten-konten negtaif yang bertebaran di media sosial.

"Sejauh ini, untuk pasokan logistik dan masker sangat aman. Dari pihak kampus selalu menyediakan masker yang baru, mengecek temperatur setiap mahasiswa, mencatat berbagai perubahan kesehatan dan melakukan tindakan kesehatan yang diperlukan jika ada masalah. Makanan di kantin juga tersedia di setiap kampus," papar Adhita.

Dia berharap pemerintah Indoneisa bisa membantu mengirimkan bantuan masker n95 secara berkala kepada WNI yang masih bertahan. Mengingat kelangkaan masker jenis tersebut China.

Dia juga meminta pemerintah RI memberikan kemudahan kepada WNI yang masih ingin pulang dengan penerbangan langsung maupun tidka langsung. Termasuk, mmeberikan dukung moril bagi WNI dari Wuhan yang sedang berada di Natuna agar tetap sabar dan tabah.

"Memberikan support dan perhatian kepada kami, WNI yang tetap bertahan di wilayah China untuk tetap tenang dan memamtuhi segala standar yang ditetapkan otoritas pemerintah China," kata mahasiswa S3 jurusan Ilmu dan Sumber Daya Pangan ini.

Selain itu, Andhita berpandangan bahwa pemerintah juga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman virus ini di Indonesia. Menurutnya wabah ini adalah keresahan internasional dan tidak hanya maslaah satu negara saja.

Lain halnya dengan cerita Mohammad Alhaddid Syarifudin, mahasiswa asal Yogyakarta yang memilih untuk kembali ke tanah air sejak akhir Januari lalu. Alhaddid adalah pelajar di kota Nanjing. Provinsi Jiangsu terletak sekitar 750 km dari kota Wuhan.

Ia menuturkan, tepat dua hari sebelum Spring Festival, pemerintah China menganjurkan warganya untuk tetap di rumah dan menggunakan masker jika ingin kluar dari rumah. Setelah anjuran tersebut, keadaan di jalan sepi. Terlebih bertepatan dengan Spring Festival.

"Setelah kabar di media yang berkembang semakin mengkhawatirkan, saya memutuskan untuk kembali ke tanah air pada 30 Januari, ucapnya.

Saat itu, jelas Alhaddid, kondisi kota masih normal, transportasi umum masih berjalan lancar, tempat perbelanjaan juga masih buka. Hanya saja, tempat-tempat umum sudah mulai banyak dibatasi kegiatannya.
Share:

No comments:

Post a Comment

Labels