7 Mitos Virus Corona yang Tak terbukti

7 Mitos Virus Corona yang Tak Terbukti

Jakarta, -- Seiring menyebarnya virus corona, informasi mengenai virus yang berawal dari Wuhan, China, itu pun semakin bertebaran. Namun, tak semua informasi terbukti kebenarannya. Sejumlah informasi justru hanya hoaks dan mitos virus corona yang tak terbukti secara ilmiah.

Mitos, rumor, hoaks, dan informasi yang salah justru dapat membahayakan. Kenali mitos-mitos tersebut beserta informais yang tepat.

1. Mitos masker dapat melindungi dari virus

Masker bedah tidap dapat melindungi diri dari cirus corona. Masker ini tidak dirancang untuk memblok partikel virus. Orang sehat yang memakai masker justru berisiko meningkatkan infeksi virus karena kurang lebih sering memegang wajah, salah satu metode penularan virus corona.

Yang benar, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan masker bedah untuk orang sakit karena membantu mencegah orang dengan infeksi saluran pernapasan termasuk Covid-19 untuk tidak menyebarkan virus ke orang lain. Virus yang terdapat pada droplet bisa dihambat dengan masker.

2. Mitos pasien COVID-19 sudah pasti meninggal dunia

Informasi yang menyebut bahwa infeksi virus corona pasti menyebabkan kematian adalah salah kaprah. Hingga saat ini (4/3), data mencatat sekitar 83 persen pasien Covid-19 memiliki gejala yang ringan. Hanya 17 persen di antaranya yang berbeda dalam kondisi kritis. Tingkat kematian akibat virus corona juga disebut hanya sekitar 3,8 persen.

Mayoritas kasus kematian terjadi pada lansia dan orang yang sudah memilikasi komplikasi atau penyakit penyerta.

3. Mitos tidak aman memenrima paket dari China

WHO, menyatakan bahwa paket, surat, atau bahan makanan dari China masih aman untuk diterima. CDC menyebut, risiko penyebraan virus corona melalui produk atau paket sangat rendah.

Dikutip dari Live Science, studi menujukkan, virus corona tidak dapat bertahan lama pada surat atau paket. Virus hanya dapat hidup pada kombinasi kondisi lingkungan tertentu seperti suhu, kurangnya paparan sinar matahrari, dan kelembapan tertentu.

4. Mitos hewan peliharaan menyebarkan virus corona 

Hingga saat ini, tidak ada bukti bahwa, hewan peliharaan seperti anjing atau kucing dapat terinfeksi virus corona.

Namun, WHO tetap menyarankan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah menyentuh hewan peliharaan. Mencuci tangan melindungi infeksi bakteri seperti E coli dan Salmonella.

5. Mitos mengonsumsi rempah seperti jahe, bawang putih dan sebagainya mencegah infeksi virus corona

Rempah seperti jahe, kunyit, dan bawang putih merupakan makanan yang bernutrisi tinggi dan memiliki difat antimikroba serta antiinflamasi. Konsumsi makanan ini akan meningkatkan daya tahan tubuh.

Namun, hingga saat ini tidak ada bukti bahwa konsumsi rempah akan melindungi diri dari virus corona.

6. Mitos thermal scanner mendeteksi virus corona

Thermal scanner tidak dapat mendeteksi virus corona. Termal scanner merupakan alat yang efektid untuk mendeteksi orang yang demam, ditandai dengan suhu badan tinggi. Demam merupakan salah satu gejala virus corona, tapi tidak semua demam disebabkan oleh virus corona.

Virus corona hanya dapat diketahui dengan tes di laboratorium oleh petugas kesehatan.

7. Mitos vaksin pneumonia dapat cegah virus corona

Hingga saat ini virus virus corona tidak memiliki vaksin ataupun antivirus.

Vaksin pneumonia, seperti vaksin pneumokukus dan vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib), tidak bisa memberikan perlindungan terhadap virus corona.

Virus ini merupakan virus baru dan berbeda sehingga membutuhkan vaksin tersendiri. Para peneliti sedang mencoba mengembangkan vaksin melawan virus corona.

 

Share: