Cemas Pekrja yang Masih Harus ke Kantor Selama PSBB






Cemas Pekerja yang Masih Harus ke Kantor Selama PSBB


Jakarta,-- Aturan Pembatasan Sosial Berskala (PSBB) guna menekan penyebaran virus corona (Covid-19) membuat sekian banyak perusahaan menyesuaikan diri. Diprediksi banyak orang yang tinggal dan bekerja di rumah sehingga jalanan sepi. Nyatanya,  tak semua demikian.

Aty Yin, seorang pekerja di kantor pemerintahan di Jakarta, beberapa kali masih harus bekerja dari kantor. Mau tak mau, dia harus memberanikan diri menghirup udara di luar kos, naik kendaraan umum dan fokus bekerja ditemani rasa takut dan cemas.

"Kami memang work from home, tapi kalau disuruh ke kantor ya ke kantor. Jadi tekor karena saya enggak punya kendaraan sendiri jadi harus naik angkutan umum, bajaj atau taksi," ujar Aty, Sabtu (18/4).

Dari kos ke kawasan kantor sebenarnya bisa ditempuh bus TransJakarta. Namun dirinya urung karena melihat penumpang bus yang nyaris tanpa jarak satu sama lain.

Biasanya ojek daring sudah mampu mengantarkan ke kantor pulang-pergi dengan ongkos Rp25 ribu. Kini ia musti taksi dengan biaya lebih dari Rp60 ribu.

Kerja dari kantor memang terasa lebih efektif meski dihantui rasa takut. Ada jam kerja pasti yakni mulai pukul 08.00 WIB dan pulang pukul 4.30 WIB.

Sedangkan kerja di kamar bos membuatnya cukup tenang walau harus sering bekerja di jam-jam tak tentu. Aty berkata bisa saja atasan memberikan pekerjaan pukul 7 malam dan harus selesai sebelum  pukul 12 malam.

"Sebenarnya bingung juga si ini PSBB tapi kenapa masih ramai?" keluhnya.


Masih banyak pengendara sepeda motor yang tak memakai masker saat PSBB berlaku

Senasib dengan Aty, Adrianus Marwin mau tak mau harus tetap ke kantor meski PSBB diberlakukan. Dia menuturkan kantor tempat bekerja merupakan kantor distribusi alat dan produk kesehatan sehingga di saat seperti harus tetap 'genjot' kinerja.

"Sehari work form home, sehari masuk, kenapa? Spalnya berhubungan dengan kesehatan, ditributor farmasi," kata Marwin saat dihubungi terpisah.

Akan tetapi selama PSBB dia tidak menemui kenadala transportasi karena ada kendaraan pribadi. Dia menyebut karyawan yang harus naik kendaraan umum seperti taksi daring juga akan ditanggung oleh perusahaan.

Satu hal yang membuatnya bingung adalah PSBB sama sekali tak menimbulkan perubahan. Lalu lintas masih terbilang padat bahkan tak jarang dia melihat orang mengendarai sepeda motor tanpa masker.

"Full work form home sih enggak bisa, mungkin kalau IT kemungkinan bisa remote tapi tetap harus ada yang support di kantor, Sales logistik, support departemen enggak bisa full via website," katanya.

Berimbang dengan risiko, kantor keduanya menerapkan prosedur atau protokol kesehatan ketat. Sebelum masuk gedung ada pengecekan suhu, bilik disinfektan yang aman, juga penggunaan hand sanitizer. Bahkan di kantor Aty, terdapat petugas yang menekan tombol lift.

Hanya saja, tak bisa dimungkiti rasa cemas tetap menghantui. Selain mengikuti prosedur, Marwin dan sang istri yang juga masih bekerja dari kantor membekali diri dengan vitamin dan bekal makanan sendiri untuk mengurangi kontak dengan orang lain.

Sedangkan Aty berusaha tetap 'waras' dengan meninggalkan grup-grup Whatsaap yang terlalu banyak membicarakan covid-19.

"Saya itu kelihatannya kuat tapi sebenarnya 'parnoan'. Saya keluar dari grup yang bahas corona, enggak nonton televisi dan dengrin radio cuma dengerin musik," imbuhnya.
Share:

No comments:

Post a Comment

Labels