
Ia mengatakan, teknologi yang sedang dikembangkannya itu bukan untuk menggantikan alat pengukur tekanan darah, tetapi membuat pengukuran bisa dilakukan secara sederhana di rumah. Teknologi itu menggunakan cahaya untuk menembus kulit dan sensor optikal di ponsel menciptakan citra dan pola aliran darah. Pola itu kemudian dipakai untuk memperkirakan tekanan darah. “Ketika kita mengetahui konsentrasi darah berubah di bagian berbeda wajah, kita akan bisa mengetahui beberapa gambaran fisiologi, seperti denyut jantung, level stress, dan tekanan darah,” kata Lee. Tanpa sengaja Lee menemukan kaitan antara aliran darah di wajah dengan tekanan darah secara tidak sengaja. Sebelumnya ia menggunakan transdermal optimal imaging untuk mencoba-coba cara mengetahui apakah anaknya berbohong dengan mengaitkan aliran darah dengan area wajah ketika berdusta. Kemudian untuk menguji teknologi itu dalam pengukuran darah, Lee dan timnya mencobanya pada 1.300 orang Kanada dan China yang tekanan darahnya normal. Setiap partisipan diberi waktu dua menit untuk merekam video menggunakan iPhone dengan software transdermal optical imaging. Lalu, hasil video itu dibandingkan Lee dengan bacaan tekanan darah yang diambil secara standar dengan alat.
Hasilnya, kemampuan video itu mengukur tekanan darah sistolik (bacaan atas) hampir 95 persen akurat. Sementara prediksi tekanan diastolic (bacaan bawah) hampir 96 persen akurat. Namun, ada beberapa tantangan yang harus diatasi sebelum teknik ini siap dipakai secara luas. Misalnya saja, perekaman video yang dilakukan responden dibuat dalam lingkungan yang terkontrol di studio. Belum diketahui apakah perekaman dengan cahaya lampu di rumah akan memberi hasil yang sama. Lee dan tim juga akan menguji teknologi ini pada orang dengan tekanan darah tinggi dan rendah, serta variasi warna kulit. “Ponsel pintar benar-benar pintar. Kita seharusnya tidak cuma memakainya untuk media social, karena alat ini bisa membantu kita lebih peduli pada kesehatan,” katanya.
No comments:
Post a Comment