Aktivis Soal Perempuan Diganti Robot: Lelucon yang Seksis



Aktivis Soal Perempuan Diganti Robot: Lelucon yang Seksis

Aktivis Soal Perempuan Diganti Robot: Lelucon yang Seksis

Jakarta, -- Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) mengkritik Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia yang dianggap minim perspektif.

Sebelum Bahlil sempat mewanti para pekerja perempuan Indonesia dalam menyongsong perkembangan teknologi ke depan. Pasalnya kata dia, perubahan tersebut bakal menggerus penyerapan tenaga kerja khususnya perempuan.

"Suatu saat pekerja perempuan mungkin nanti tidak laku, diganti robot. Hati-hati kalian perempuan, ini tidak bisa dihindari," kata Bahlil, Rabu (29/1).

Berselang sehari Bahlil lantas meralat ucapannya.Kata dia, pernyataan dengan menyebut, perkembangan teknologi bukan hanya berpotensi mneyingkrikan perempuan melainkan juga tenaga kerja yang tak produktif.

"Teknologi sekarang semakin canggih.Tenaga-tenaga yang keamampuannya rendah itu bisa digantikan dengan robot. Itu sebenarnya, saya hanya bercanda saja di situ. Ini sudah terjadi.Mau laki-laki mau perempuan," kata Bahlil, Kamis (30/1).

Sekalipun telah diklarifikasi, Sekretaris KPI DKI Jakarta Mike Verawati menilai justru pernyataan pertama itu menunjukkan Bahlil memiliki cara pikir yang biasa. Karena itu Mike pun jadi sangsi Bahlil memahami akar maslaah pekerja di Indonesia.

"Harusnya Bahlil justru punya tawaran strategis yang bisa menelesaikan ketersediaan tenaga kerja dan tuntutan teknologi," tutur Mike, Kamis (30/1).

"Apalagi, klarifikasinya mengatakan ini cuma bercanda. Kalau menuerut saya ini hanya excuse, tetapi aslinya Kepala BKPM enggak punya konsep yang solutif," sambung dia.

Lagipula, lanjut Mike, sesungguhnya tak bijak menjadikan pernyataan isu pekerja perempuan itu sebagai bahan gurauan. apalagi mengingat posisi Bahlil sebagai pejabat publik.

"Jika diawal bilang hanya Perempuan Indonesia (KPI) Dian Kartika Sari pun senada. Kalaupun hanya guyonan,ia berpandangan lelucon itu tetap saja seksis. Kendati Dian tak menampik ada pula kekhawatiran mengenai tersingkirnya tenaga kerja baik laki-laki dan perempuan dengan teknologi.

"Iya, ini lelucon yang seksis. Tapi secara faktual memang mungkin terjadi," tutur Dian.

Ia melanjutkan, pada era digitalisasi ekonomi ini sebagian besar pekerjaan terbuka kemungkinan bakal digantikan mesin atau robot. Selain itu,kelak pun perubahan relasi perburuhan antara penyedia jasa, pengguna jasa, pengguna jasa dan pengelola aplikasi tak bisa ditolak.

Karena itu semestinya permasalahan tersebut yang harus ditangkap dan dicarikan solusi konkretnya oleh pemerintah.Selain itu, pemerintah harus mulai menyediakan pendidikan serta pelatihan vokasi untuk alih profesi.

"Negara perlu riset tentang dampak digitalisasi ekonomi terhadap tenaga kerja laki-laki maupun perempuan. Melakuakn kajian terhadap perubahan relasi perburuhan dan membuat kebijakan yang melindungi pekerja," kata Dian.
Share:

No comments:

Post a Comment

Labels