Virus Corona Buat Harga Minyak Anjlok
Jakarta,-- Harga minyak mentah dunia jatuh pada peradangan Jumat (31/1). Tren harga minyak melemah dalam empat pekan berturut-turut karena meningkatnya kekhawatiran pelemahan ekonomi akibat penyebaran virus corona.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret merosot 13 sen menjadi US$58,16 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret turun 58 sen ke level US$50,97 per barel.
Hingga Sabtu (1/2), 259 orang dinyatakan tewas karena virus corona. Virus tersebut juga menginfeksi hampir 12 ribu orang atau melebihi orang yang terinfeksi SARS sebanyak 8.098 orang.
Goldman Sachs memprediksi wabah itu akan mengurangi 0,4 point pertumbuhan ekonomi China pada 2020. Tak hanya China, dampak virus corona juga dapat mengerek turun pertumbuhan ekonomi AS.
Pasalnya, virus corona mnegakibatkan gangguan dalam rantai pasokan dan membatasi perjalanan di China. Karenanya ekonomi menurunkan ekspetasi pertumbuhan China yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
"Tampaknya gampir pasti bahwa virus corona akan mengekangpertumbuhan ekonomi China dan permintaan komoditas pada kuartal ini," kata analisis Capital Economics dalam sebuah catatan.
Perusahaan di China berencana kembali bekerja pada Jumat (31/1) setelah liburan Tahun Baru Imlek selama sepekan. Tetapi,pihak berwenang memerintahkan aktivitas bisnis untuk tutup lebih lama guna menahan penyakit menular ini.
Selain itu, analis memprediksi virus yang berasal dari Wuhan, China ini berptensi mnegurangi permintaan minyak China lebih dari 250 ribu barel per hari (bph) pada kuartal pertama 2020.
Sebelumnya, harga minyak mentah sempat menguat setelah Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan pihaknya siap memajukan jadwal pertemuan OPEC dan sekutu dari Maret menjadi Februari. Langkah ini bertujuan mengantisipasi kemungkinan terpukulnya permintaan minyak global akobat virus corona.
"Kartel minyak siap bertindak lagi jika perlu tetapi menerima kerugian jangka pendek. Dengan harapan bahwa konsekuensi ekonomi tidak akan sbeuruk yang diatkuti orang dan (harga) akan bangkit kembali," kata analis senior di OANDA Craig Erlam.
No comments:
Post a Comment