3 Kasus Corona Penumpang KRL di Sela Tarik Ulur Setop Armada





3 Kasus Corona Penumpang KRL di Sela Tarik Ulur Setop Armada


Jakarta,-- Saat sejumlah daerah, PT Commuter Indonesia (KCI), dan Kementerian Perhubungan masih berdebat soal perlu tidaknya penyetopan operasi KRL Commuter Line, tiga kasus positif Virus Corona ditemukan di antara penumpangan moda transportasi publik tersebut.

Pada Minggu )3/5), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkap ada tiga orang dari 325 penumpang KRL Jurusan Bogor-Jakarta yang diperiksa positif Virus Corona berdasarkan hasil tes swab PCR dengan metode sampling.

"3 positif Covid dari 325 penumpang KRL Bogor-Jakarta yang kami sampling dengan test swab PCR," kata Ridwan Kamil dalam akun Twitter resminya, @ridwankamil, kemarin (3/5).

Melihat hal itu, Ridwan menyatakan KRL masih menjadi moda transportasi yang rawan bagi penyebaran Virus Coroona. Terlebih lagi, jika ada penumpang yang terinfeksi virus namun tanpa gejala atau Orang Tanpa Gejala (OTG).

"[Kebijakan] PSBB bisa gagal," kata Ridwan.

Ridwan menyatakan sudah melaporkan persoalan tersebut ke pihak Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pusat dan Kementerian Perhubungan. Ia mengharapkan agar pihak KRL merespon secara terukur dalam menyikapi persoalan tersebut.

Kerawanan KRL itu sudah lebih dulu diungkapkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, pada Maret. Ia menyebut risiko kontaminasi terbesar terjadi di wilayah KRL 2 rute Bogor-Depok-Jakarta Kota sebagai jalur yang paling ramai.

Anies kemudian mengeluarkan kebijakan mengurangi operasi transportasi umum di DKI Jakarta sejak sebelum penerapan PSBB DKI. Kebijakan itu berlaku bagi seluruh moda transportasi yang paling ramai.

Anies kemudian mengeluarkan kebijakan mengurangi operasi transportasi umum dikelola DKI, seperti MRT, LRT, dan bus Transjakarta sejak 1 April.

PT KCI pun ikut memberlakukan penyesuaian operasional KRL selama pemberlakuanstatus PSBB di wilayah DKI Jakarta sejak Jumat (10/4). Bentuknya, pembatasan jumlah penumpang daam setiap kereta atau gerbong. Tak hanya itu, PT KCI sudah memangkas jam operasional layanan KRL menjadi pukul 04..00 hingga 20.00 WIB.

Meski demikian, kebijakan tersebut dinilai kurang efektif. Sebab, masih banyak penumpukan penumpang di sejumlah stasiun KRL meski PSBB sudah diterapkan. Misalnya, antrian panjang di Stasiun Bogor, kepadatan di gerbong di Stasiun Manggarai, pada April.

Penumpukan penumpang juga disebabkan masih banyaknya warga Jabodetabek yang harus bekerja di wilayah Jakarta di saat PSBB.

Lima daerah penyangga Ibu Kota Jakarta, yakno Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bogor, pun mendesak pemerintah pusat untuk menyetop operasional KRL untuk mencegah penyebaran Corona di Transportasi umum.

Keputusan itu diambil setelah lima kepala daerah penyangga Ibu Kota itu rapat di Pendopo Bupati Bogor, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (26/4) lalu.

Namun, Kemenhub bergeming dan tetap memutuskanagar KRL tetap beroperasi. Presiden Joko Widodo juga pernah menyindir para kepala daerah agar tak hanya cuma meminta penyetopan KRL.

Jokowi menyatakan bersedia menghentikan operasional moda transportasi KRL di Jabodetabek asal pemerintah daerah mau menyiapkan jaring pengaman sosial. Dia menyebut masih banyak pekerja di sektor yang diperlukansaat Corona, tenaga kesehatan misalnya, yang memakai KRL.

Sementara, PT KCI mengaku berpedoman kepada aturan PSBB soal penerapan pembatasan KRL. Aturan-aturan PSBB itu sendiri tak mencamtumkan larangan KRL.


Diketahui, per Minggu (3/5) lalu, pasien positif terinfeksi virus corona di Indonesia secara kumulatif mencapai jumlah 11.192 orang. Sebanyak 845 orang meninggal dunia, dan 1.876 dinyatakan sembuh.
Share:

No comments:

Post a Comment

Labels