Gus Sholah Meninggal, Lantunan Doa Menggema di Tebuireng
Jakarta, -- Lantunan doa dan ayat-ayat sci Al-quaran terus bersahutan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, menyusul kabar duka, meninggalnya sang kiai, KH. Sholahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah.
Senin (3/2) para santri dan petakziah terus berdatangan ke lokasi. Ibu, bapak, anak muda, bahkan anak kecil memadati area masjid dan pelataran pemakaman. Mulut mereka tak berhenti merapalkan ayat-ayat.
Seorang warga, Usman Ali (65) mengaku ia sengaja datang untuk menghadiri proses pemakaman Gus Sholah. dari Mojokerto ia bahkan datang menaiki sepeda kayuhnya menuju Tebuireng.
"Saya naik sepeda dari rumah saya di Mojokerto, sengaja untuk mendoakan Gus Sholah dari dekat," kata Usman.
Usman merupakan salah satu alumnus pondok pesantren yang didirikan Hadrotusyekh KH Hasyim Asyari. Dulu ia pernah menimba ilmu di sini pada 70-80 an.
Ia juga mengaku sebagai simpatisan kakak Gus Sholah, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang juga merupakan Presiden RI ke-4. Itulah alasan dia merasa sangat dekat dengan kelauraga pengasuh Tebuireng.
"Ini penghormatan untuk keluarga Gus Dur, karena saya simpatisan beliau, syaa pernah dipimpin beliau, sekarang saya datang untuk Gus Sholah," kata dia.
Usman bercerita, dirinya begitu terkejut saat kali pertama mendengar kabar meninggalnya Gush Sholah, Minggu (2/2) malam tadi, melalui berita di televisi.
"Saya nyalakan TV pukul 21.00 WI malam, ternyata kabar Gus Sholah. Saya kaget, saya langsung mau kesini (Tebuireng), ternyata beliau masih di Jakarta," kata dia.
Kini, Usman dan ratusan petakziah lain masih menunggu kedatangan jenazah Gus Sholah, yang sedang dalam perjalanan usai disemayakan di rumah duka di Jalan Bagka aya Nomor 2C, Mampang, Jakarta Selatan.
Gus Sholah berpulang pada usai 77 tahun setelah mendapat perawatan karena sakit di RS Jantung Harapan Kita Jakarta.
No comments:
Post a Comment